Goa Leang Leang
Setelah saya menonton video dari cai.elearning.gunadarma yang diunggah pada youtube yang berjudul “Goa Leang Leang” saya membuat review dari video tersebut, berikut review yang telah saya buat.
Goa
Leang Leang menggambarkan kehidupan manusia masa lampau, deretan Goa – goa yang
ada di hamparan pegunungan batu itu, sangat menarik perhatian, terutama para
ilmuwan. Goa Leang Leang berada di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Lokasi Goa
Leang Leang dapat ditempuh dari Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar dengan menggunakan
angkutan umum. Dari poros jalanan utama menuju Goa Leang Leang tidak terlalu
bagus, tetapi pemandangan disekitarnya sangat indah. Banyak batu – batuan hitam
besar bertumpuk rapih. Leang dalam Bahasa lokal berarti Goa,
Di
kawasan Goa Leang Leang, ditemukan 2 Goa yaitu Leang Pettae dan Leang Petta
Kere. Dua Goa itu letaknya tidak berjauhan. Leang Pettae, pintu Goa dipagari
besi setinggi 1500 cm. Dari pintu itu, gambar tangan sudah terlihat, karena Goa
itu tidak terlalu dalam. Ada 5 gambar telapak tangan tetapi hanya 3 yang utuh.
Selain telapak tangan, ada pula babi rusa dan sebuah mata tombak yang semuanya
berwarna merah.
Leang Petta Kare
tampak sewaktu memasuki kawasan di sekitarnya, terdapat rumah penduduk sebagai
tempat beristirahat. Leang Petta Kere berada 300 m di sebelah timur Leang
Pettae dan berada pada tebing bukit ( berada pada ketinggian 45 m dpl dan 10 m
dpl dari permukaan tanah). Ada 2 jalur yang dapat ditempuh dari Leang Pettae,
yaitu jalan yang sudah baik atau melewati anak tangga antara batu batuan
menyempit dengan ketinggian sekitar 20 m dari ketinggian tanah dan disiapkan
tangga besi berbelok. Peninggalan arkeologi yang ditemukan pada Leang Petta
Kere antara lain lukisan dinding Goa berupa 27 gambar telapak tangan tetapi
yang terlihat utuh hanya sekitar 17 gambar, sebuah gambar babi rusa gemuk
terdapat dengan sebilah tembok. Menurut sejarah, gambar tangan itu merupakan
tangan perempuan dan berusia lebih dari 5000 tahun dan ukuran gambar itu tidak
terlalu besar, konon dibuat dalam waktu yang tidak bersamaan. Tentang gambar
tangan, ada 2 tradisi purba masyarakat setempat yang menyebutkan, gambar tangan
dengan jari lengkap bermakna sebagai penolak bala, sementara dengan tangan 4
jari saja berarti berduka cita. Gambar itu dibuat dengan cara menempelkan
tangan ke dinding gua lalu disemprotkan dengan cairan berwarna merah.