Saturday, 28 March 2020

Dampak Negatif COVID-19 Terhadap Perekonomian dan Bisnis



Virus Corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai kematian. Seperti dikutip dari World Health Organization (WHO), virus Corona berasal dari Coronaviruses (CoV) yang menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Sedangkan untuk Novel Coronavirus (nCoV) atau sekarang diberi nama COVID-19 adalah jenis baru yang belum diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus ini berawal pada akhir tahun 2019 di Wuhan, Cina. Pada tanggal 30 Desember 2019, Wuhan Municipal Health Committee mengeluarkan pernyataan “urgent notice on the treatment of pneumonia of unknown cause”. Penyebaran virus ini sangat cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia. Penyebaran virus ini membawa dampak pada perekonomian dunia, baik dari sisi ekonomi, bisnis, investasi, maupun pariwisata. Saat ini, World Health Organization (WHO) telah menetapkan COVID-19 sebagai pandemic.
Kenapa COVID-19 dapat berpengaruh kepada nilai tukar dolar AS terhadap rupiah? Apa penyebab nilai tukar dolar AS terhadap rupiah menjadi tinggi? Pasti kita sebagai orang awam yang tidak mengerti betul mengenai perekonomian dan bisnis bertanya – tanya. Dengan adanya COVID-19, banyak masyarakat yang berdiam diri dirumah. Sehingga, tempat perbelanjaan, restoran, hingga tempat wisata pun sepi pengunjung. Ekonomi menjadi melambat, dan menjadikan investor yang berinvestasi di Indonesia dapat merugi, sehingga mereka memilih untuk menarik sementara investasinya. Secara sederhana, para investor keluar dari negara berkembang (Emerging Markets) mencari instrumen yg paling likuid dengan risiko yg lebih sedikit. Pilihannya jatuh kepada dolar AS. Sekarang supply dolar sedang berkurang karena uang para investor asing keluar dari Indonesia, oleh karena itu harga dolar AS terhadap rupiah jadi mahal. Seperti pada grafik dibawah ini.




Grafik diatas ini menunjukkan adanya kenaikan signifikan yang terjadi pada rupiah sejak tanggal 13 Maret 2020 hingga puncaknya pada 23 Maret 2020 menjadikan nilai tukar rupiah sebesar Rp16.850 per dolar AS, level ini merupakan level tertinggi sejak Juni 1998. Namun, kian hari mulai membaik hingga hari ini 27 Maret 2020 dengan nilai tukar rupiah sebesar Rp16.148 per dolar AS. Hal ini  tak luput dari usaha pemerintah dalam mengatasi melemahnya rupiah. Pada tanggal 20 Maret 2020, Bank Indonesia (BI) telah menggelontorkan dana hampir mencapai Rp 300 triliun untuk menguatkan nilai tukar rupiah dari tekanan dolar AS yang terjadi akibat penyebaran COVID-19. Pada tanggal 23 Maret 2020, Bank Indonesia (BI) juga memberlakukan ketentuan penggunaan rekening rupiah dalam negeri (Vostro) bagi investor asing. Penggunaan rekening rupiah tersebut sebagai transaksi valuta asing terhadap rupiah kepada bank dalam transaksi DNDF. Penguatan rupiah dipicu membaiknya sentimen terhadap risiko pelaku pasar setelah Pemerintah dan Senat AS telah mencapai kata sepakat untuk mengucurkan stimulus jumbo senilai 2 triliun dolar AS.
Lalu, apa efeknya bagi perekonomian Indonesia? Seperti yang telah diberitakan, beberapa pusat perbelanjaan (mall) di Indonesia ditutup sementara, dan hanya supermarket dan apotik yang berada di dalam mall yang masih buka. Selain pusat perbelanjaan, ada bank yang telah menutup sementara beberapa cabangnya di Jabodetabek, yaitu bank BCA. Dan hampir semua kantor sudah menerapkan work from home (WFH), namun ada beberapa perusahaan yang malah melakukan layoff (PHK), cuti unpaid, dan pay cut terhadap karyawannya. Selain itu, banyak pedagang kaki lima maupun restoran yang merugi, karena banyak orang yang jadi takut untuk membeli makan diluar sehingga omzet penjualan untuk pedagang kaki lima dan restoran yang tidak menyediakan layanan pesan antar menurun derastis. Hal ini juga mempengaruhi penurunan penggunaan aplikasi ojek online karena sedikitnya orang yang beraktifitas diluar sehingga hanya sedikit yang menggunakan transportasi layanan ojek onlineSeperti yang kita ketahui, beberapa negara telah menerapkan lockdown sehingga beberapa maskapai menghentikan sementara rute penerbangannya dan mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan maskapai penerbangan maupun perusahaan pariwisata. Akibatnya, penjualan dan omzet menurun drastis yang akhirnya mempengaruhi kinerja perusahaan – perusahaan. Lalu, apa efek bila nilai tukar dolar AS terhadap rupiah menjadi tinggi? Barang barang impor akan menjadi lebih mahal. Untuk perusahaan – perusahan  yang bahan bakunya harus diimpor berarti akan mengurangi keuntungan atau bahkan bisa rugi. Bila ini terus berlangsung, tidak menutup kemungkinan makin banyaknya perusahaan yang melakukan layoff (PHK) terhadap karyawannya. Selain itu, perusahaan – perusahaan yang memiliki hutang berdenominasi dolar AS, pokok hutang dan bunganya harus dibayar dalam dolar AS sehingga mereka bergantung pada nilai tukar uang yang menyebabkan harus membayar hutang dalam jumlah yang lebih besar.


Referensi :