Dampak Negatif COVID-19 Terhadap Perekonomian dan Bisnis
Virus Corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang
menyerang sistem pernapasan. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan
pada sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai kematian. Seperti dikutip dari World Health Organization (WHO), virus
Corona berasal dari Coronaviruses (CoV) yang menyebabkan penyakit mulai dari
flu biasa hingga yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Sedangkan untuk
Novel Coronavirus (nCoV) atau sekarang diberi nama COVID-19 adalah jenis baru
yang belum diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus ini berawal pada akhir tahun 2019 di Wuhan, Cina. Pada tanggal 30 Desember 2019, Wuhan Municipal Health
Committee mengeluarkan pernyataan “urgent notice on the treatment of pneumonia
of unknown cause”. Penyebaran virus ini sangat cepat dan telah menyebar
ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia. Penyebaran
virus ini membawa dampak pada perekonomian dunia, baik dari sisi ekonomi,
bisnis, investasi, maupun pariwisata. Saat ini, World Health Organization (WHO)
telah menetapkan COVID-19 sebagai pandemic.
Kenapa COVID-19 dapat berpengaruh kepada nilai tukar dolar AS terhadap rupiah?
Apa penyebab nilai tukar dolar AS terhadap rupiah menjadi tinggi? Pasti kita sebagai orang
awam yang tidak mengerti betul mengenai perekonomian dan bisnis bertanya – tanya.
Dengan adanya COVID-19, banyak masyarakat yang berdiam diri dirumah. Sehingga,
tempat perbelanjaan, restoran, hingga tempat wisata pun sepi pengunjung. Ekonomi
menjadi melambat, dan menjadikan investor yang berinvestasi di Indonesia dapat
merugi, sehingga mereka memilih untuk menarik sementara investasinya. Secara
sederhana, para investor keluar dari negara berkembang (Emerging Markets) mencari instrumen yg paling likuid dengan risiko
yg lebih sedikit. Pilihannya jatuh kepada dolar
AS. Sekarang supply dolar
sedang berkurang karena uang para investor asing keluar dari Indonesia, oleh
karena itu harga dolar AS terhadap rupiah jadi mahal. Seperti pada
grafik dibawah ini.
Grafik diatas ini menunjukkan adanya kenaikan signifikan
yang terjadi pada rupiah sejak tanggal 13 Maret 2020 hingga puncaknya pada 23
Maret 2020 menjadikan nilai tukar rupiah sebesar Rp16.850 per dolar AS, level
ini merupakan level tertinggi sejak Juni 1998. Namun, kian hari mulai membaik
hingga hari ini 27 Maret 2020 dengan nilai tukar rupiah sebesar Rp16.148 per dolar
AS. Hal ini tak luput dari usaha
pemerintah dalam mengatasi melemahnya rupiah. Pada tanggal 20 Maret 2020, Bank Indonesia (BI) telah
menggelontorkan dana hampir mencapai Rp 300 triliun untuk menguatkan nilai
tukar rupiah dari tekanan dolar AS yang terjadi akibat penyebaran COVID-19.
Pada tanggal 23 Maret 2020, Bank Indonesia (BI) juga memberlakukan ketentuan
penggunaan rekening rupiah dalam negeri (Vostro) bagi investor asing.
Penggunaan rekening rupiah tersebut sebagai transaksi valuta asing terhadap
rupiah kepada bank dalam transaksi DNDF. Penguatan rupiah dipicu membaiknya sentimen terhadap
risiko pelaku pasar setelah Pemerintah dan Senat AS telah mencapai kata sepakat
untuk mengucurkan stimulus jumbo senilai 2 triliun dolar AS.
Lalu, apa efeknya bagi perekonomian Indonesia? Seperti yang telah diberitakan, beberapa pusat perbelanjaan
(mall) di Indonesia ditutup sementara, dan hanya supermarket dan apotik yang
berada di dalam mall yang masih buka. Selain pusat perbelanjaan, ada bank yang telah
menutup sementara beberapa cabangnya di Jabodetabek, yaitu bank BCA. Dan hampir
semua kantor sudah menerapkan work from home (WFH), namun ada beberapa
perusahaan yang malah melakukan layoff (PHK), cuti unpaid, dan pay cut terhadap
karyawannya. Selain itu, banyak pedagang
kaki lima maupun restoran yang merugi, karena banyak orang yang jadi takut
untuk membeli makan diluar sehingga omzet penjualan untuk pedagang kaki lima dan restoran yang tidak menyediakan layanan pesan antar menurun derastis.
Hal ini juga mempengaruhi penurunan penggunaan aplikasi ojek online karena
sedikitnya orang yang beraktifitas diluar sehingga hanya sedikit yang
menggunakan transportasi layanan ojek online. Seperti yang kita ketahui, beberapa negara telah menerapkan
lockdown sehingga beberapa maskapai menghentikan sementara rute penerbangannya
dan mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan maskapai penerbangan
maupun perusahaan pariwisata. Akibatnya, penjualan dan omzet menurun drastis yang
akhirnya mempengaruhi kinerja perusahaan – perusahaan. Lalu, apa efek bila
nilai tukar dolar AS terhadap rupiah menjadi tinggi?
Barang – barang impor akan
menjadi lebih mahal. Untuk perusahaan – perusahan yang bahan bakunya harus diimpor berarti akan
mengurangi keuntungan atau bahkan bisa rugi. Bila ini terus berlangsung,
tidak menutup kemungkinan makin banyaknya perusahaan yang melakukan layoff
(PHK) terhadap karyawannya. Selain itu, perusahaan – perusahaan yang memiliki hutang
berdenominasi dolar AS, pokok hutang dan bunganya harus dibayar dalam dolar AS sehingga mereka bergantung pada nilai tukar uang yang menyebabkan harus membayar
hutang dalam jumlah yang lebih besar.
Referensi :
- https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200320151504-78-485365/bi-sudah-guyur-rp300-t-untuk-sembuhkan-rupiah-dari-corona
- https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200323120216-78-486007/efek-corona-bi-percepat-aturan-rekening-rupiah-bagi-asing
- https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200326210103-20-487315/6-positif-corona-di-bandung-sejumlah-mal-tutup-sementara?
- https://www.cnbcindonesia.com/market/20200327165427-17-148035/joss-rupiah-menguat-3-hari-beruntun-juara-asia-lagi?
- https://www.cnbcindonesia.com/market/20200323170841-17-147035/tak-berkutik-rupiah-terlemah-sejak-1998-terburuk-di-asia?
- https://www.alodokter.com/virus-corona
- https://www.bi.go.id/en/moneter/informasi-kurs/transaksi-bi/Default.aspx
- https://bigalpha.id/2020/03/27/perbedaan-krisis-keuangan-2008-dan-2020/
- Twitter : @BigAlphaID